Melihat serangkaian drama Rizieq yang seperti Bang Toyyib, jujur saya sempat tidak peduli lagi. Maksudnya, kalau pulang ke Indonesia. ya biarkan saja. Tapi kalau mau menetap di Arab Saudi sampai mati, ya alhamdulillah. Tanpa kehadiran Rizieq di Indonesia, berkuranglah jumlah provokasi SARA, dan dakwah teriak-teriak yang memekkakan telinga.
Soal hubungan asmaranya dengan Firza, soal fitnah PKI terhadap Bank Indonesia, dan sebagainya, biarlah itu menjadi catatan sejarah Republik ini. Menjadi sebuah cerita lucu bagi anak cucu kita kelak.
Tapi, belakangan ini santer kabar, Rizieq dicekal oleh kerajaan Arab Saudi untuk pergi ke luar negeri. Bahkan menurut pengacaranya, untuk keluar rumah saja Rizieq sudah kesusahan. Wah! Ini ada apa?
Saya pikir, ini sudah bukan sesuatu yang lucu. Sepertinya ada masalah serius. Karena FPI juga sudah mendatangi DPR untuk konsultasi. Bahkan, PKS meminta Menteri Luar Negeri kita, untuk turun tangan mengatasi masalah ini.
Dari sekian banyak komentar dan pengakuan, pernyataan yang paling mengejutkan muncul dari juru bicara FPI, Slamet Maarif, dan Muhsin Alatas.
Rizieq ternyata bermasalah dengan intelijen Saudi. Sehingga pencekalannya ke luar negeri, bukan saja karena visa dan ijin tinggal, tapi lebih dari itu, ada penyelidikan yang belum selesai.
Rizieq sudah menjalani beberapa kali penyelidikan, karena kerajaan Saudi menduga, Rizieq merupakan salah seorang pendukung ISIS, serta memiliki hubungan kerjasama dengan organisasi teroris, seperti Hamas di Gaza.
Lebih dari itu, Rizieq diduga berhubungan dengan tokoh aliran sufi, yang diawasi oleh pemerintah Arab Saudi, ditambah dengan statusnya sebagai buronan, serta ketua ormas anti Amerika. Semuanya terakumulasi menjadi sebuah kesalahan fatal, yang membuat kerajaan Arab Saudi mengintrogasi Rizieq berkali-kali. Apalagi Amerika dan Arab Saudi memiliki hubungan erat, sebagai mitra luar negeri setia.
Kalau sudah begini, ibarat pepatah, keluar mulut harimau, masuk mulut buaya. Rizieq yang melarikan diri dari Indonesia, karena kasus chat mesumnya dengan Firza, masuk ke Arab Saudi, negara yang pada beberapa titik tertentu, memiliki perbedaan sangat mencolok dengan Indonesia. Arab Saudi tak sedemokratis dan senyantai negara kita, apalagi kalau menyangkut hujatan, atau cacian terhadap Amerika.
Pengakuan Jubir FPI ini, bagaimanapun diucapkan dalam format keluhan, dan meragukan segala bentuk tuduhan dan perlakuan kerajaan Arab Saudi kepada Rizieq. Namun pada kenyataannya, itu semua wilayah kekuasaan Saudi.
PKS, Fadli Zon, hingga GNPF, yang menuntut ada tindakan untuk membela hak-hak Rizieq, sebenarnya hanya pura-pura bodoh saja. Karena pada dasarnya, itu adalah wilayah hukum dan kedaulatan Arab Saudi.
Segala proses hukum atas pelanggaran yang dilakukan oleh warga kita di luar negeri, tidak bisa kita ambil alih begitu saja, sampai kasus hukumnya selesai. Yang bisa dilakukan oleh KBRI, sebagai perwakilan Indonesia adalah, mendampingi Rizieq menjalani serangkaian interogasi, dan proses hukum yang ada di Arab Saudi. Sama lah, seperti orang-orang asing yang dihukum mati di Indonesia, negara-negara mereka hanya bisa mendampingi, dan berusaha mengurangi berat hukuman. Bukan untuk mengambil alih proses hukum, dan menghukumnya sendiri di negara asal.
Bagaimanapun semua sudah terjadi. Jika melihat catatan perjalanan Rizieq, sepertinya dia kena batunya. Mengelabuhi masyarakat dengan alasan umroh, padahal kabur dari jeratan hukum. Lalu kini bermasalah dengan Arab Saudi, atas kasus yang jauh lebih mengerikan.
Seharusnya Rizieq kabur ke negara-negara yang lumayan demokratis, seperti Singapura atau Australia. Sehingga dia bisa terbebas dari jeratan hukum Arab Saudi, yang sangat setia kepada Amerika. Tapi jika semua dugaan atau kecurigaan kerajaan Arab Saudi terhadap Rizieq benar, maka mungkin Rizieq kabur ke Arab, bukan sekedar untuk membohongi pengikutnya di Indonesia, bahwa dia sedang umroh. Tetapi lebih dari itu, ikut andil menjadi bagian dari pergerakan teroris dunia dan ISIS. Ngeri!
Sepertinya nasib Rizieq akan sangat buruk sekali ke depannya. Sebagai sesama warga negara Indonesia, kita hanya berharap, Rizieq bisa diproses hukum oleh Arab Saudi secara adil. Dan semoga Amerika tidak meminta Rizieq diserahkan ke pihak mereka, seperti yang pernah terjadi pada Abu Bakar Baasyir.
Dalam kasus Abu Bakar Baasyir, saat itu Megawati sebagai Presdien RI menolak permintaan Amerika. Karena Megawati menganggap, walau bagaimanapun, Abu Bakar Baasyir adalah WNI, yang tidak bisa diambil begitu saja oleh negara luar. Tapi dalam posisi Rizieq saat ini, yang berada di Arab Saudi, jika terjadi permintaan penangkapan oleh Amerika, rasanya Arab Saudi akan menyerahkannya. Dan ini akan menjadi satu catatan berat bagi Presiden Jokowi, untuk mengembalikan Rizieq ke Indonesia. Begitulah kura-kura.
0 Comments:
Post a Comment