Mengapa Harus Jokowi Lagi ?



“Apresiasi adalah sesuatu yang menakjubkan: ia membuat kesempurnaan orang lain seperti milik kita juga”-Voltaire

Setiap anak Indonesia kini bisa bermimpi menjadi Presiden. Mereka tak perlu minder, karena datang dari kalangan jelata, tidak memiliki trah penguasa, dan tidak memiliki darah biru layaknya anak raja. Mimpi tersebut menjadi kenyataan berkat sosok Joko Widodo, atau akrab kita sebut Jokowi.


Jokowi sudah membuktikan. Ia bukan seperti anggapan beberapa kalangan yang menganggapnya sebagai tokoh karbitan media atau sebagai “media darling.” Sebaliknya, selama 4 tahun menjabat sebagai Presiden, telah banyak prestasi dan capaian yang berhasil ditorehkan.

Tulisan ini tidak dimaksudkan sebagai ajang puja-puji. Namun, tak ada salahnya mengapresiasi pemimpin yang berprestasi. Jika bukan kita, siapa lagi yang dapat menghargai pemimpinnya sendiri ? Agar fair, mari kita lihat apa saja yang sudah Jokowi kerjakan untuk bangsa ini ? Dan apa yang masih menjadi PR terbesar Jokowi. Penulis mengambil sumber atau referensinya dari media-media mainstream. Media mainstream semestinya dipilih sebagai sumber informasi terpercaya. Paling tidak, mereka sudah pasti paham dengan kode etik jurnalistik. Pemberitaan mereka pun tentunya memerhatikan objektifitas, tidak berpihak atau berat sebelah. Lalu, apa saja prestasi Jokowi sesungguhnya ? Dan mengapa kita harus memilihnya lagi ? Berikut alasan-alasannya.

Pertama, menggenjot Infrastruktur. Ketertinggalan negara ini bisa dikatakan karena infrastrukturnya yang payah. Selama puluhan tahun selalu tertinggal, bahkan oleh tetangga kita seperti negara jiran Malaysia. Salah satu infrastrukur yang digenjot adalah jalan tol. Dilansir dari liputan6.com, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan di Kantor Kepala Staf Kepresidenan, Rabu (18/102017), mengatakan saat ini jalan tol yang dibangun pemerintah sudah banyak. Bahkan, panjang jalan tol yang dibangun di masa pemerintahan Joko Widodo telah memecahkan rekor. "Jadi jalan tol yang sudah dibangun di pemerintahan Pak Jokoiwi-JK itu paling banyak dari sebelum-sebelumnya, panjangnya 568 kilometer (km)," kata Luhut.

Dari data yang Luhut paparkan, dalam kepemimpinan Presiden Soeharto selama 32 tahun, hanya 490 km jalan tol yang berhasil terbangun. Sementara di era kepemimpinan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono total jalan tol yang dibangun sepanjang 212 km. Beberapa presiden lainnya nampaknya tak mampu berbuat banyak dalam membangun infrastruktur jalan tol ini. Terbukti di era Presiden Megawati Soekarno Putri, hanya 34 km yang terbangun, di era Presiden Presiden BJ Habibie hanya 7,2 km, dan bahkan saat Indonesia dipimpin Presiden Abdurrahman Wahid hanya 5,5 km jalan tol yang terbangun.

Kedua, jalan perbatasan. Seperti kita ketahui, kondisi perbatasan selama ini selalu dalam kondisi yang serba terbatas. Fasilitasnya benar-benar terabaikan. Beruntung, Jokowi sangat memerhatikan daerah perbatasan. Dilansir dari kumparan.com, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat ada sepanjang 1.067,53 kilometer (km) jalan perbatasan di tiga wilayah, yaitu Kalimantan, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Papua yang sudah dibangun sejak tahun 2015 lalu. Adapun capaian tersebut terdiri atas jalan perbatasan di Kalimantan sepanjang 734,28 km, di NTT sepanjang 179,63 km dan Papua sepanjang 153,62 km. Total panjang jalan perbatasan di ketiga wilayah tersebut yang dibangun pemerintah adalah sepanjang 3.197,81 kilometer.

Ketiga, pembangunan infrastrukur luar Jawa. Sudah menjadi rahasia umum, selama puluhan tahun, pulau Jawa “dianak emaskan.” Pembangunan selalu terpusat di Jawa, sementara pulau-pulau lainnya kurang diperhatikan. Istilah jawa sentris mengemuka seiring kebijakan pembangunan yang melulu terpusat di Pulau paling padat penduduknya ini.

Namun, Jokowi tidak menempuh jalan serupa. Ia giat membangun infrastruktur luar Jawa. Dilansir dari detik.com, Jokowi menyampaikan alasan kenapa pemerintah harus membangun infrastruktur hingga ke luar Jawa. Di sisi lain membangun infrastruktur di Pulau Jawa lebih menguntungkan secara politik dan ekonomi. "Banyak yang sampaikan ke saya, paling cepat bangun di Jawa saja. Untuk mendukung ekonomi nasional bangun saja di Jawa, infrastruktur yang kurang dibangun," kata Jokowi dalam HUT Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia yang ke-50 di Hotel Ritz-Carlton, Pacific Place, Jakarta, Senin (24/9/2018). "Kalau mau hitung-hitungan return politik bangun saja di Jawa. Hitungan orang ekonomi juga sama bangun di Jawa saja tapi Indonesia bukan jawa saja, Indonesia miliki 17.000 pulau. Saya lihatnya ketimpangan infrastruktur jurangnya lebar sekali," sambung Jokowi.

Keempat, sektor kelautan meningkat pesat. Kemajuan sektor ini tak lepas dari sosok menterinya, yakni Susi Pudjiastuti. Dilansir dari merdeka.com, Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, mengatakan produksi perikanan selama pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (JK) terus mengalami peningkatan. Peningkatan produksi ini juga didukung oleh kebijakan penenggelaman kapal yang dilakukan oleh pemerintah.


"Di ASEAN level kita top. Kita nomor satu jauh meninggalkan yang lain. Jadi jangan suka bilang kita bikin rusak ekonomi perikanan buktinya yang dulu tidak pernah nomor tiga di Asia Tenggara, dari tahun 2015 menjadi nomor satu terus. Kalau 2014, bukan policy kita. Desember 2014 kita mulai menenggelamkan kapal," ujarnya di Kantor Pusat KKP, Jakarta, Jumat (21/9).

Lalu, bagaimana sesungguhnya ekonomi Indonesia ? Daripada kita mendengar kabar hoax, apalagi yang datang dari pihak atau orang yang bukan ahlinya, maka jauh lebih afdhol kita mendengarnya langsung dari orang-orang yang memang mengerti dan bergelut di bidang ekonomi. Dikutip dari tempo.co, Presiden Bank Dunia, Jim Yong Kim, memuji pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun lalu dalam pertemuan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pencapaian ini disebutnya membuat iri negara-negara lain di dunia.

"Indonesia memiliki tingkat pertumbuhan lebih dari 5 persen yang akan membuat iri mayoritas negara di dunia," kata Kim seusai melakukan pertemuan dengan Jokowi di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Rabu, 26 Juli 2017. Pertumbuhan ekonomi pada 2016 tercatat 5,02 persen.

Itulah sekelumit alasan, mengapa kita harus memilih Jokowi lagi. Tidak banyak alasan yang bisa dikemukakan di dalam artikel yang terbatas ini, tetapi paling tidak dapat menggambarkan apa saja kerja besar yang telah dilakukan oleh Jokowi dan jajaran pemerintahnya bagi nusa dan bangsa. Lalu, bagaimana dengan PR-nya ? PR atau tugas-tugas yang belum diselesaikan Jokowi di periode pertamanya, akan dilanjutkan pada periode keduanya. Dus, agar pekerjaan Jokowi sempurna dan dapat mewujudkan Nawacita yang sudah diprogramkan di awal kepemimpinannya, maka tak salah jika kita memilihnya kembali untuk meneruskan pekerjaannya nanti.

#JokowiLagi


Updated: September 25, 2018

0 Comments:

Post a Comment