Tornado waterspout di Kepulauan Seribu (Foto: dok Istimewa)
Jakarta - Tornado di perairan atau waterspout muncul di Kepulauan Seribu pagi tadi. Penampakan tiga waterspout bersamaan disebut langka.
"Ini adalah fenomena yang langka, tiga puting beliung berjejeran secara bersamaan. Apalagi di wilayah tropis fenomena tersebut jarang terjadi. Ini makin menunjukkan bahwa iklim telah berubah akibat dari rusaknya lingkungan dan keseimbangan sistem bumi," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulisnya, Senin (23/10/2017).
Fenomena ini terjadi di dekat Pulau Opak, di belakang Pulau Kaliage, yang merupakan pulau yang tidak berpenduduk. Tidak ada korban jiwa dan kerusakan bangunan.
Sutopo menjelaskan kemunculan fenomena ini meningkat saat musim pancaroba. "Adanya perbedaan temperatur yang kontras antara permukaan daratan, perairan, dan atmosfer menyebabkan adanya perbedaan tekanan udara sehingga terbentuk puting beliung," ungkapnya
Masyarakat diimbau waspada terhadap perubahan cuaca ekstrem selama pancaroba. Potensi hujan deras yang diikuti dengan angin kencang dan puting beliung meningkat.
Sebelumnya, Kabag Humas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Hary Tirto Djatmiko menjelaskan angin ini bersifat sangat lokal dengan luas 5-10 kilometer. Angin ini muncul pada siang atau sore hari dan terkadang menjelang malam hari. Angin ini bergerak secara garis lurus.
Kemunculan angin tersebut tak bisa diperkirakan secara spesifik. Hanya bisa diprediksi 30 menit sampai satu jam sebelum kejadian jika melihat atau merasakan tanda-tandanya dengan tingkat keakuratan kurang dari 50 persen. (Imk/Jbr)
Jakarta - Tornado di perairan atau waterspout muncul di Kepulauan Seribu pagi tadi. Penampakan tiga waterspout bersamaan disebut langka.
"Ini adalah fenomena yang langka, tiga puting beliung berjejeran secara bersamaan. Apalagi di wilayah tropis fenomena tersebut jarang terjadi. Ini makin menunjukkan bahwa iklim telah berubah akibat dari rusaknya lingkungan dan keseimbangan sistem bumi," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulisnya, Senin (23/10/2017).
Fenomena ini terjadi di dekat Pulau Opak, di belakang Pulau Kaliage, yang merupakan pulau yang tidak berpenduduk. Tidak ada korban jiwa dan kerusakan bangunan.
Sutopo menjelaskan kemunculan fenomena ini meningkat saat musim pancaroba. "Adanya perbedaan temperatur yang kontras antara permukaan daratan, perairan, dan atmosfer menyebabkan adanya perbedaan tekanan udara sehingga terbentuk puting beliung," ungkapnya
Masyarakat diimbau waspada terhadap perubahan cuaca ekstrem selama pancaroba. Potensi hujan deras yang diikuti dengan angin kencang dan puting beliung meningkat.
Sebelumnya, Kabag Humas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Hary Tirto Djatmiko menjelaskan angin ini bersifat sangat lokal dengan luas 5-10 kilometer. Angin ini muncul pada siang atau sore hari dan terkadang menjelang malam hari. Angin ini bergerak secara garis lurus.
Kemunculan angin tersebut tak bisa diperkirakan secara spesifik. Hanya bisa diprediksi 30 menit sampai satu jam sebelum kejadian jika melihat atau merasakan tanda-tandanya dengan tingkat keakuratan kurang dari 50 persen. (Imk/Jbr)
0 Comments:
Post a Comment