Sebelum Dibakar Hidup-Hidup, Ini yang Diucapkan Pria yang Dituduh Maling di Bekasi...Sangat Mengejutkan...
TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Masih ingat dengan pria yang dibakar hidup-hidup dan meninggalkan satu anak balita serta istri hamil 6 bulan. Sebelum tewas ia ucap 3 kata ini, Senin (7/8/2017).
Hari demi hari berlalu, peristiwa memprihatinkan seorang pria yang dibakar hidup-hidup masih menyisakan cerita sedih.
Bukan hanya beberapa hal bantahan istri korban yang meragukan sang suami memang benar-benar melakukan pencurian, tapi juga kata-kata terakhir yang diucapkan korban sebelum tewas dibakar hidup-hidup.
Muhammad Al Zahra alias Joya (30) warga Kampung Jati RT 04/05, Desa Cikarang Kota, Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi menyisakan kisah pedih.
Reporter WartaKota (jaringan TribunWow.com) menemui langsung Siti Zubaedah, istri korban tewas yang dibakar hidup-hidup.
Pada wawancara tersebut Siti menyatakan keraguan kalau suaminya seorang pencuri.
Karena selama ini pekerjaan suaminya memang tukang servis amplifier.
Ayah Siti juga mengatakan kalau menantunya seorang pria yang rajin beribadah.
Keluarga mempercayai Joya mampir salat lalu dituduh mencuri dan dihakimi massa hingga tewas dibakar hidup-hidup.
Dari cerita yang beredar sebelumnya, Joya mampir salat lalu amplifier yang akan diantar karena selesai diperbaiki ia bawa masuk ke masjid.
Di dalam masjid ia dituduh mencuri kemudian dihakimi massa, Joya sempat menyelamatkan diri tapi akhirnya tertangkap.Siti Zubaedah (25) istri Muhammad Al Zahra alias Joya (30), pria yang tewas dibakar massa karena dituding mencuri tiga unit alat pengeras suara musala di Kampung Muara Bakti RT 012/07, Desa Muara Bakti, Kecamatan Babelan, Bekasi pada Selasa (1/8/2017) petang. (WARTA KOTA/FITRIYANDI AL FAJRI)
Meski demikian cerita ini dibantah oleh pihak kepolisian yang telah melakukan investigasi, berdasarkan keterangan marbot musala.
Kasat Reskrim Polres Metro Bekasi, AKBP Rizal Marito, saat menghubungi Tribunnews.com, Rabu (2/8/2017) malam menjelaskan kalau hasil penyelidikan sementara korban yang tewas dibakar diduga kuat memang melakukan pencurian amplifier.
Ini diperkuat keterangan saksi penjaga atau marbot musalah tersebut.
"Hasil penyelidikan kami menunjukan, bahwa orang yang dibakar massa ini adalah diduga pelaku pencurian amplifier musala di wilayah itu," ujarnya
Korban tewas dibakar massa di Kampung Muara Bakti RT 012/07, Desa Muara Bakti, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi pada Selasa (1/8/2017) petang lalu.
Rizal menjelaskan, pelapor marbot musala menyatakan mulanya mengetahui 3 unit amplifier di musalanya hilang setelah pria yang belakangan diketahui bernama Joya keluar meninggalkan musala.
Marbot tersebut berteriak maling kepada MA yang telah berada di sepeda motornya depan musala.
Lantas, MA melarikan diri dengan sepeda motornya sejauh 2 Km ke arah pasar.
Teriakan maling mengundang massa yang ada di pasar tersebut.
MA diduga panik hingga menceburkan diri di sebuah kali hingga ke kampung seberangnya.
Pelariannya berakhir setelah sejumlah warga menangkapnya.
Lantas, warga melakukan aksi main hakim sendiri dan membakar MA hingga tewas.
Rizal menegaskan, dari penyelidikan, meski MA dikabarkan berprofesi sebagai tukang service televisi, amplifier yang dibawanya saat itu adalah milik musala.
"Ini berdasarkan penyelidikan kami, ada pelapor, ada beberapa saksi dan ada barang buktinya," kata Rizal.
"Hasil penyelidikan, amplifier masjid yang hilang itu ada di dia, ada di motor dia. Ampli itu milik masjid. Sekarang barang buktinya ada di polsek," katanya.
Menurut Rizal, meski MA diduga adalah pelaku pidana pencurian, aksi main hakim sendiri dari warga hingga menghilangkan nyawa seseorang adalah tidak dapat dibenarkan alias melanggar hukum.
Oleh karena itu, selain menyelidiki kasus dugaan pencurian yang dilakukan MA, pihak Polres Metro Bekasi dan polsek setempat juga menyelidiki kasus pengeroyokan hingga menghilangkan nyawa MA.
3 Kata terakhir yang diucapkan Joya sebelum tewas
Joya yang diduga mencuri amplifier musala di Babelan, Kabupaten Bekasi menyebutkan tiga kata secara berulang-ulang.
Seperti dikutip dari Kompas.com, Joya berkali-kali mengatakan kalau dirinya bukan maling.
“Dia (pelaku) bilang kalau nggak maling. ‘Saya nggak maling’ dia seringnya bilang itu.”
Demikian penjelasan Noval seorang pemilik toko di Pasar Muara Bakti, Jumat (4/8/).
Noval menjadi saksi mata atas peristiwa tersebut.
Menurutnya, massa yang marah terus menghakimi dan tak percaya meski MA berulang kali mengatakan dirinya bukan maling.
Terdengar suara orang-orang yang menimpali di aksi main hakim sendiri 'maling mana ada mau ngaku'.
“Banyak juga warga yang teriak 'bakar aja, bakar aja.' Sempat ada yang mau amanin tapi kalah jumlah,” kata Noval.
Sebenarnya Joya awalnya akan dibawa ke balai desa untuk diamankan tapi jumlah warga yang ingin mengamankan pria tersebut kalah banyak dengan jumlah massa yang ingin menghakiminya.
Noval mengatakan kalau ia melihat Joya masih hidup saat dipukuli.
Joya dibakar massa sekitar pukul 17.00 WIB, polisi datang ke lokasi sekitar pukul 18.00 WIB dan tukang servis ampli ini sudah tewas.(TribunWow.com/Rimawan Prasetiyo)
0 Comments:
Post a Comment