JAKARTA - Rapat pleno DPP Partai Golkar secara resmi menunjuk Sekretaris Jenderal Idrus Marham sebagai Pelaksana tugas (Plt) Ketua Umum Golkar. Idrus akan mengemban tugas sebagai Plt sampai ada putusan dari sidang pra-peradilan yang diajukan Setya Novanto.
Kendati demikian, ada pengurus Dewan Pimpinan Daerah (DPD) 1, mendesak digelar musyawarah nasional luar biasa (Munaslub) untuk mencari pengganti Setya Novanto sebagai ketua umum. Sejumlah nama mencuat dan dianggap pantas memimpin partai berlambang pohon beringin itu seperti Koordinator Bidang Perekonomian DPP Golkar Airlangga Hartarto dan Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum Golkar Idrus Marham. Airlangga adalah Menteri Perindustrian di Kabinet Kerja.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar (PG) Bidang Pengawasan Pembangunan Melchias Markus Mekeng mendukung pencalonan Airlangga di bursa calon Ketua Umum Golkar.
“Saya dari tahun 2014 menjadi pendukung dia. Saya merasa dia calon yang mumpuni dan tepat. Memiliki pengalaman organisasi yang cukup. Pernah memimpin Kasgoro. Di luar Golkar sudah memimpin. Dari sisi pengalaman organisasi apalagi sekarang kedudukan politik yang cukup bagus,” kata Melchias dalam perbincangan bersama Radio Republik Indonesia, Minggu (26/11/2017).
Menurutnya sosok Airlangga mampu membangkitkan semangat kader untuk terus membesarkan nama Golkar. Melchias juga menegaskan Golkar adalah partai yang demokratis. Memberi peluang untuk kader maju sebagai Ketua Umum Partai Golkar.
“Ada mekanisme siapa yang mau mencalonkan diri. Kalau sudah tinggal diplih. Pembicaraan ditingkat bawah mungkin terjadi. Penggantian harus melalui mekanisme Munaslub. Ada beberapa calon yang mau yaitu Idrus dan Airlangga. Ini namanya pesta demokrasi di internal Golkar. Siapapun mau maju, silahkan maju. Yang punya suara adalah DPD I dan DPD II”.
Dia menyampaikan saran agar kader untuk realistis demi menyalamatkan Partai Golkar. Selain itu, menurutnya Novanto harus fokus dalam menghadapi proses hukum sehingga membutuhkan energi ekstra.
“Saya menyampaikan saran berfikir realistis. Kita harus selamatkan Partai Golkar. Partai ini dibutuhkan negara sebagai instrumen demokrasi, dalam menyampaikan aspirasi dan melakukan cek and balance di tatanegaraan kita. Kita harus berfikir realistis. Boleh loyal. Tetapi paling penting adalah loyal ke partai bukan personal”.
“Pak Novanto punya masalah hukum. Dia perlu energi banyak menyelesaikan masalah hukum. Kalau masih dibebani masalah organisasi, komunikasi tidak lancar maka akan menyulitkan kedua belah pihak (Novanto dan kader). Sebaiknya kita bicara realistis. Pak Novanto menyerahkan kepemimpinan melalui Munaslub supaya semua happy. Pak Novanto tidak punya beban berat, partai bisa melakukan kegiatan lebih mantap,” ujarnya. (Sgd/AKS)
0 Comments:
Post a Comment