Sandiaga Tuding Pejalan Kaki Penyebab Semrawut Tanah Abang

   Wagub DKI Sandiaga Uno menuding pejalan kaki yang bikin Tanah Abang semrawut. (ANTARA FOTO / Reno Esnir).

Jakarta  - Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno ogah kesalahan pedagang kaki lima sebagai penyebab semrawutnya Tanah Abang, Jakarta Pusat. Namun, Sandiaga lebih lebih suka pejalan kaki yang mengandung kemacetan dan kacau balaunya Tanah Abang.

Sandi menyebut, pejalan kaki yang membludak di kawasan strategis perdagangan di Jakarta itu menjadi faktor kedua penyebab macet setelah pembangunan jalan yang ada di sekitar Tanah Abang.

"Tadi setelah dilihat pakai drone, kesemrawutan itu adanya karena pejalan kaki yang keluar dari stasiun Tanah Abang," kata Sandi di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (6/11)

Sementara, kata Sandi, PKL yang memenuhi trotoar tak tak langsung memengaruhi aktivitas semrawutnya di kawasan tersebut. Jumlah PKL di Tanah Abang disebut Sandiaga tidak terlalu banyak para para pejalan kaki.

"(Penyebabnya) Pejalan kaki itu. PKL di Tanah Abang tidak banyak, coba bandingkan dengan di Lokbin, di Kota Tua ini jauh. Jadi bukan PKL penyebab utama," kata dia.

Kawasan Tanah Abang kembali menjadi sorotan setelah kesemrawutan jalan di sekitar stasiun kembali terlihat. Pada era Joko Widodo masih aktif Gubernur DKI, PKL Tanah Abang di trotoar dipindah ke Blok G Pasar Tanah Abang.

Namun, setelah merasa sepi pembeli, para PKL itu kembali memenuhi trotoar. Oak, para pejalan kaki yang seharusnya berjalan di tempat yang seharusnya menjadi hak mereka itu susah bergerak, dan di jalan lari.

Dampak semrawutnya salah satu kawasan niaga terpopuler se-Indonesia ini, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memercayakan kepada Sandi untuk menatanya kembali kepentingan tertib.

Atas dasar itu, Sandi punah dengan menggunakan konsep untuk mempercantik kawasan Tanah Abang. Namun hingga kini konsepnya belum dia sosialisasikan karena masih membutuhkan kajian dan data pasti terkait penyebab utama kemacetan.

"Ya nanti, sekarang kita masih kaji," kata dia.

Alasan pejalan kaki yang menurut Sandi sudah jadi kawasan semrawut itu tak diterima oleh warga, salah satunya yang terbangun Fatia (22). Mahasiswa jurusan komunikasi di salah satu universitas negeri di Jakarta ini menyatakan, sungguh PKL yang menyebabkan kesemrawutan di kawasan Tanah Abang.

Dia sering susah berjalan lantaran banyaknya pedagang yang berjualan di atas trotoar yang semestinya diperuntukan untuk pejalan kaki.

Dia merasakan hal yang berbeda saat era gubernur sebelumnya. Saat itu, trotoar Tanah Abang kembali ke fungsi semula, khusus pejalan kaki.

"Susah yah, sampai harus sikut-sikutan, karena jadi sempit. Pernah yah Tanah Abang enak banget karena nggak ada gerobak jualan, sekarang penuh lagi," kata Fatia.

Serupa dengan Fatia, salah satu pejalan kaki, Panji (24) juga hal yang sama. Meski tak setiap hari menggunakan jasa transportasi Commuter Line, karyawan swasta itu menyebut kerap kesulitan berjalan di trotoar lantaran makin banyaknya PKL.

"Saya pernah ngerasain era gubernur sebelumnya, itu pedagang nggak banyak di trotoar, enak jalannya. Sekarang susah lagi jalan enak di trotoar. Istilahnya pejalan kaki rebutan trotoar sama pedagang," kata dia.

 (osc)


Updated: November 06, 2017

0 Comments:

Post a Comment