Wah, Jokowi Tidak Dianggap Sebagai Mertua Bobby, Tapi...


Kedatangan Jokowi ke Medan ternyata bukan sebagai mertua Bobby Nasution. Bahkan para tetua adat dan warga sekitar pun bukan menganggap Jokowi sebagai mertua dan presiden, namun raja atau kepala suku.

Seperti dilansir dari Tribun Medan, Jokowi dianggap sebagai raja lantaran pada pesta adat tersebut, Jokowi diberikan selembar sirih sebagai penghargaan kepada seorang raja.

Kedatangan ‎Jokowi dalam pesta ini, ditemani anaknya, Gibran Rakabuming Raka bersama istri Selvi Ananda dan anaknya Jan Ethes Narendra.

Pihak keluarga besar Kahiyang Ayu ini, disambut para raja adat dengan tarian tor-tor sembari memasuki lokasi pesta adat.

Jokowi mengenakan baju berwarna biru dongker dengan stelan celana hitam. Sementara ‎Iriana Jokowi mengenakan kebaya berwarna merah dan jilbab merah.
"Selamat datang bapak Presiden Joko Widodo bersama Ibu negara, Iriana Jokowi dari Solo," kata pemandu adat.

Kemudian, Presiden Jokowi dan Irian diberikan ulos oleh seorang raja adat.
"Raja-raja memberikan ulos kepada Bapak Joko Widodo dan Iriani sebagai bentuk untuk kesehatan bapak dan keluarga," ungkap pemandu adat.

Jokowi pun terharu hingga kedua kelopak matanya berkaca-kaca saat disambut dengan tor-tor menuju tempat yang sudah disiapkan oleh panitia acara adat.

Pada sesi ini diberikan waktu pada Ibu Iriana untuk manortor sebagai ibu yang melahirkan Kahiyang Putri setelah disematkan ulos.

Usai melangsungkan tor-tor dari Ibu Iriana, selanjutnya menunggu kedatangan sang putri, Kahiyang Ayu yang sudah ditabalkan jadi boru Siregar dari dalam rumah Bobby Nasution.

Acara ini melihat proses pemandian sang Putri Raja yang kala itu, yaitu "Tapian Raya Namartua" artinya sungai yang sangat sakral yang hingga saat ini masih sangat terjaga.

Tampak Kahiyang Ayu Siregar dan Bobby Nasution keluar dari rumah diiringi dengan gondang sidua-dua, artinya gondang yang mengiringi kedua belah pihak yaitu perempuan dan pihak Laki-laki.

Dalam iring-iringan menuju Sungai (Tapian) Raya Namartua, paling depan yang membawa pangir, dan di tengah kedua pengantin.

Surat bulung-bulung (surat yang ditulis di daunan) dibawa Kahiyang Ayu Siregar. Hal ini adalah simbol-simbol yang melepaskan masa lajangnya menuju masa berumahtangga.

Proses marpangir (pencucian diri) sebagai simbol melepaskan diri dari lajang menjadi berumahtangga sudah selesai dilaksanakan.

Di 'Tapian Raya Namartua' kedua pasangan ini mengambil 7 batu. Hal ini agar mempunyai keturunan banyak hingga 7 keturunan dan kebetulan Bobby Kahiyang adalah putra raja asli dari turunan ke-7. (Ry)

Updated: November 25, 2017

0 Comments:

Post a Comment